Sabtu, 28 Januari 2017

Realita kehidupan

Antara ideal dan realita

     Dalam beberapa kesempatan ketika kita sering berdiskusi tentang firman Tuhan, sering muncul kesimpulan seperti ini: menjalaninya yang susah,teori tidak sama dengan prakteknya,dan banyak lagi alasan yang seakan-akan ingin mengatakan menjalani hidup yang sesuai dengan firman Tuhan adalah sangat sulit, dan sering juga dalam berbagai kesempatan saya mendengar firman Tuhan dari Hamba Tuhan mereka seakan-akan menakut-nakuti bahwa ikut Tuhan kita akan menderita dan sengsara, saudara-saudara sering kali masalah tentang bagaimana kita menjalani firman Tuhan ada pada diri kita sendiri, klasik memang masalahnya,tapi itulah realitanya.
     Kerap kali kita bukan tidak sanggup dibentuk, melainkan kita memang tidak mau dibentuk. Kita berpikir, "saya 'kan sudah melayani Tuhan, sudah berbuat ini dan itu dan berbagai macam alasan lain. Lalu kita bertanya kepada diri sendiri, mengapa saya mesti mengalami hal seperti ini lagi? "
      Oh...Tuhan, saudara-saudara yang kukasihi, masalahnya bukan karena beratnya masalah atau beban yang Tuhan taruh dipundak kita, tetapi kerap kali karena kita memang tidak mau memikulnya!
     Saya bertaruh untuk Anda,bahwa sepanjang kita mau memikulnya,kita pasti sanggup memikulnya.
     TUHAN TAHU KEKUATAN KITA
     Ia tidak pernah dan tidak akan pernah menyuruh kita melakukan sesuatu yang kita tidak sanggup untuk melakukannya.
     Kita tidak akan pernah menyuruh anak kita yang berumur 8 tahun untuk memikul karung beras seberat 50kg,atau pekerjaan berat lainnya yang kita tahu anak kita tidak akan sanggup melakukannya,karena kita tahu kekuatannya!
Tuhan berkata,di Matius 11:30

     "Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun Ringan."

     Perhatikan,Tuhan berkata: beban-Ku pun ringan.
      Jadi, jika ada beban yang terasa berat, pastilah itu bukan beban yang berasal dari Tuhan. Sebab beban yang dari Tuhan itu ringan adanya,bahkan seandainya ada kuk yang dipasang oleh Tuhan dalam hidup kita, kuk yang dipasang -Nya itu pun enak rasanya. Oleh karena itu mari sekarang,
      "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada -Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." 1 Petrus 5:7.
     Inilah saatnya anda menyerahkan semua beban itu kepada Tuhan. Serahkanlah seluruhnya,semuanya,jangan mau memikul beban yang tidak perlu.
     Tuhan tidak menyuruh kita memikul beban yang kita sendiri tidak sanggup untuk memikulnya, bahkan Ia sendiri telah berkata, di Matius 11:28

     "Marilah kepada -Ku,semua yang letih lesu dan berbeban berat,Aku akan memberi kelegaan kepadamu."

      Kenyataannya kita kerap kali berpikir negatif tentang Tuhan. Walaupun tidak kita ungkapkan secara terbuka, tetapi kita sering menempatkan Tuhan itu sebagai Tuhan yang kejam.
      Itu sebabnya setiap kali kita melakukan firman -Nya, kita lakukan dengan perasaan berkorban, bukan dengan sukacita.
     Karena berlandaskan kepada sikap hati yang demikian, maka perintah Tuhan itu akan terasa berat untuk dilakukan.
   

Selasa, 24 Januari 2017

Kita harus selalu bersukacita dan bersyukur











     Hal memberi dan menerima sering sekali menjadi perdebatan oleh para teolog,dan kita berharap bukan sekedar teori. Hal ini juga bukan merupakan sebuah dongeng untuk kemudian tidak diacuhkan oleh orang-orang terpelajar. juga bukan sekedar fakta untuk disimpan dalam jangka waktu lama oleh orang-orang yang kritis, juga bukan sebuah teka-teki untuk dipecahkan oleh orang-orang yang terobsesi. Lebih dari semua itu, hal ini adalah suatu kebenaran yang paling penting pada saat ini, yang tidak cukup untuk dipahami saja tetapi harus dipersiapkan, diusahakan, dan dijalankan dengan serius.
     Kita ingat kisah janda di Sarfat dalam 1 Raja-raja 17?membaca kisah ini, sering kali kita berpikir bahwa mukjizat itu terjadi karena janda itu sudah berkorban begitu besar.
     Apa sebenarnya yang Tuhan atau Elia minta dari janda Sarfat ini?
     Mari kita baca dan teliti kisahnya.

     Sesuai dengan perintah Tuhan, Elia pergi ke Sarfat dan tampaklah di sana seorang janda yang sedang mengumpulkan kayu api,lalu: kita bisa baca kisah lengkapnya di 1Raja-raja 17:10b-12
      Kalau kita baca kisah ini selintas saja, maka kita akan berkata, "Betapa teganya Tuhan atau Elia meminta janda miskin itu berkorban begitu rupa. Bukankah ia hanya punya segenggam tepung dan sedikit minyak? Dan itulah yang terakhir milik mereka. "
     Dan para pengkhotbah pun selalu mensyaratkan "korban yang begitu besar "untuk terjadinya sebuah mukjizat. Mereka berkata "kalau Saudara mau mengalami mukjizat seperti janda Sarfat ini, lakukan seperti yang dia lakukan. Berkorbanlah begitu rupa! Tidak usah khawatir tentang hidup Anda, Tuhan akan melakukan mukjizat bagi saudara.
     Itu satu khotbah yang baik bukan?
     Tetapi apakah benar demikian? apakah sesungguhnya yang diminta oleh Elia?Mari kita lanjutkan membaca, di 1 Raja-raja 17:13

     "Tetapi Elia berkata kepadanya:'janganlah takut, pulanglah,buatlah seperti yang kau katakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya,dan bawalah kepadaku,kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu."

     Perhatikan: pada waktu pertama ia meminta (ayat 10-11),Elia hanya meminta sedikit air dan sepotong roti. Dan untuk menegaskan apa yang dia minta, pada ayat 13 dia menambahkan perkataan "kecil ".dia berkata, "sepotong roti bundar kecil. "
     Sedikit air, itu tidak berarti semua yang ada! Dan sepotong roti bundar kecil, itu hanyalah sebagian(kecil )dari apa yang ada (pada janda itu ).
     Kita harus mengakui bahwa kerap kali kita berpikir bahwa sebelum membuat mukjizat, Tuhan selalu membawa kita kepada situasi yang "begitu sulit "dan "sangat memberatkan".
     Entah bagaimana mulanya,saya juga sempat berpikir bahwa Elia telah begitu tega.permintaannya itu begitu berat untuk dilakukan. Kita harus mengesampingkan sama sekali kepentingan kita agar dapat mengalami mukjizat Tuhan.
     Tetapi perhatikanlah apa kata Elia:"jangan takut, pulanglah, buatlah seperti yang kau katakan....."
     Kita lihat, Elia tidak menghalangi janda itu membuat roti bagi dia dan bagi anaknya.Dia hanya meminta agar janda itu membuatkan "terlebih dahulu"bagi dia sepotong roti bundar kecil dari tepung yang ada. Elia berkata,...... tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya,dan bawalah kepadaku